Wednesday, December 19, 2018

Officemates

I've been hurt everytime my inner circle said that they want to quit. Like, excuse me, emang gue ga bisa jadi alesan lo buat bertahan ya?
Ga bahagia ya temenan sama gue?
Jadi setiap hahahihi yang ada itu palsu?

Tapi itu dulu. Sebelum akhirnya gue sadar, hahahihi itu cuma bumbu. Sebelum gue yang akhirnya cabut.

Dulu ada yang ribut banget bilang ke gue pengen resign. Lalu gue tolak tanpa basa basi. 'Ga boleh. Kita ga usah temenan lagi aja kalo lu bilang mau resign terus'. That's all i can reply. Kayaknya gua ga sepede itu buat nyebutin semua yg ada di paragraf pertama. Tapi deep inside, ya emang gitu rasanya. Kecewa karena ngerasa dikhianatin.

But then, they start to hide it from me. That's the turning point. I have to force my brain to accept the reality. Apa ya, pemikiran yang bisa bikin gue terima sama keadaan ini?
Hasilnya, gue akhirnya sadar, kalo semua individu kebutuhannya beda beda. Mungkin dia emang butuhnya materi yang ga bisa gue kasih. Mungkin dia emang ga butuh hahahihi ini. Mungkin yang lebih diprioritaskan adalah 'piti' yang lebih besar, jarak yang lebih dekat ke anak, kepastian status sebagai employee yang akan berdampak ke masa depannya juga.

Kalo dibanding itu semua, hahahihi dan drama kantor yang ada, tentu ga cukup buat nahan orang untuk stay. Even it doesn't work on you too, ran, come on! Life goes on, people change, termasuk cara gue menyikapi perubahan itu juga berubah, you'll be fine with it. Percayalah, yang datang dan pergi atas ijin Tuhan, di jam menit detik yang paling tepat yang telah ditentukan.

No comments:

Post a Comment