"Gue kayanya pengen ke Korea deh. Belajar bahasanya, nyari artis - artis yang gua suka, terus kenalan deh"
Lalu diikuti keheningan dari teman yang diajak bicara. Itu yang selalu terjadi sejak tahun 2008, demam Korea yang tak kunjung sembuh dari kehidupan saya. Karena lagu Hug dan mini dramanya DBSK dan Happiness nya Suju itu semua bermula. Tapi saat itu, saya dikelilingi oleh orang - orang yang sejenis saya, saya jadi merasa bebas.
Mulai masuk lingkungan baru, saya mulai ngerasa terintimidasi. Ngerasa alay. Ngerasa salah aliran. Padahal tiap ada yang konser disini, selalu sold out. Berarti yang alay banyak banget yak hahahahaha ✌ (no offense, saya termasuk di dalamnya kok)
Salahnya saya, saya selalu mementingkan opini orang dulu. Bahkan tanpa perlu diucap, sorot mata mereka pun begitu membunuh mimpi saya. Saya meremehkan mimpi yang selama ini tak pernah meninggalkan saya.
Saya berusaha melupakan betapa indahnya fangirling. Betapa overwhelmednya ketika drama favorit berakhir, dan betapa gundahnya kehidupan nyata saya setelahnya. Saya berusaha jadi normal people, yang di earphone nya selalu terlantun Ed Sheeran atau Bruno Mars (walaupun akhirnya saya suka juga). Tapi yang saya rasa, ini bukan diri saya.
Waktu mau kuliah pun saya memberanikan diri mendaftarkan diri di Sastra Korea FIB UI. Tapi ya setengah berharap. Saya masih ga kebayang apa kata orang, apalagi orang tua saya yang mungkin bakal nyinyirin saya. Padahal itu impian saya. Saya harus les bahasa Korea saat kuliah, supaya begitu selesai kuliah, saya sudah fluent berbahasa Korea. Namun lagi lagi, mereka mati suri terbunuh gengsi.
Akhirnya saya masuk jurusan masak - permasakan. Saya ngerasa super salah jurusan karena saya ga bisa masak sama sekali. Saya ga punya motivasi apapun buat tetap stay disini. Lalu tau apa yang saya lakukan? Saya buka lagi twitter saya yang khusus fangirling. Saya cari fanbase yang hobi mengutip omongan para artis. Then i found this...
Bahkan sampe sekarang saya ga tau, apa Leeteuk bener bener pernah ngomong kayak gitu. Yang saya tau, saat itu kutipan ini menguatkan saya, hingga 4 tahun kemudian saya sarjana.
Kekuatan yang saya dapat, dari sesuatu yang saya kira hina dan berusaha saya hindari, nyatanya begitu besar telah memeluk dan melindungi saya hingga sampai ke titik ini.
Lalu saya sampai lagi di posisi ini, posisi dimana saya-ingin-ke-Korea-sekarang-dengan-fluent-bahasanya-jadi-saya-ga-akan-tersesat-disana-dan-ketemu-GongYoo-tanpa-mikirin-kendala-bahasa. Lalu saya tanya lagi pada diri saya. Sudah sampai mana Ran? Masih jadi angan - angan saja kah? Kapan akhirnya bisa dimulai? Ini passion yang selalu saya tanyakan pada diri saya, tapi selalu saya denial. Ini candu yang tak akan pernah hilang sampai saya menghidupkan mimpi ini sendiri. Serapat apapun ditahan, sedikit pancingan dari drama atau lagu yang hanya 3 menit saja, mereka berontak. Mimpi ini berontak minta diwujudkan. Maka wujudkan lah!
Memang terlalu dini sih saya nulis ini. Saya belum sampai ke Korea, pun baru bisa pengaplikasian Hangul. Belum lancar grammar maupun arti tiap katanya. Saya tulis ini semua semata mata untuk menumpahkan rasa kecewa dan rasa bersalah saya pada diri saya sendiri, yang ternyata masih ada di step yang sama seperti tahun - tahun lalu, bahkan sama seperti tahun 2008 ketika ini semua bermula. Semoga tulisan ini bisa jadi cambuk buat saya merealisasikan mimpi ini, Follow them. They know the way.
No comments:
Post a Comment